Sekenanya
Cinta selebay-lebaynya
Khianat selihai-lihainya
Maaf sesungguh-sungguhnya
Bantah sebisa-bisanya
Tapi aku kamu kita manusia
Jadi aku hanya maklum sekenanya
~~~~
Semarang, 17 Januari 2016
Di bawah cahaya bulan setengah
This is my time machine. Not all of the event in the past are accessible tough. Want to ride it? Read it.
Sekenanya
Cinta selebay-lebaynya
Khianat selihai-lihainya
Maaf sesungguh-sungguhnya
Bantah sebisa-bisanya
Tapi aku kamu kita manusia
Jadi aku hanya maklum sekenanya
~~~~
Semarang, 17 Januari 2016
Di bawah cahaya bulan setengah
Lihatlah gunting. Dia bisa memotong, tapi tak bisa menyambungkan. Begitu sudah 'kres' dia tak bisa bikin untuk jadi 'klop' lagi.
Aku coba pahami manusia. Manusia mirip gunting ini, dia berhasil memutus rasa percayaku padanya. Dan memang seperti gunting, dia tak bisa menyambungkan lagi.
Pada proses 'kres' itulah sakit yang teramat. Sakit yang lama lama toh hilang juga. Tak sakit lagi, tapi tak hilang juga bekasnya. Pun tak hilang juga rasa was was bertemu manusia gunting lainnya.
Bagai malam, ini kasus kelam. Mengumpat serampangan boleh jadi. Tapi ingat, gelap malam ada untuk menemani lelapmu. Gelap, tapi berhikmah.
Lihatlah lagi gunting. Memotong motong kain dia mampu. Maka coba temukan dia dengan benang benang. Oleh tangan yang ahli, gunting ini memotong kain, mengoyaknya. Lalu memutus benang-benang sedemikian rupa. Kemudian oleh Sang Ahli, kumpulan kain yang terkoyak bersambung oleh benang menjadi pakaian yang indah.
Gunting itu jadi berfaedah.
Untukmu, manusia gunting. Aku percaya kita semua berada pada tangan Sang Ahli. Tiap potongan yang kau buat mungkin semu. Ia bagai pahitnya obat, sebelum menuju kesembuhan.
Baca selengkapnya.. »»Tebal tipis itu soal estetis. Maka aku tak heran, para wanita seusia ku sedang gemar gemarnya menebalkan alis sedemikian rupa. Biar cantik. Biar estetis.
Namun standar estetika itu abstrak. Bagi sebagian, ketebalan yang dipoles lemah tampak menarik. Bagi sebagian lain, tebal yang teramat itu lebih menarik.
Kucoba menyorot soal estetika tebal tipis ini dengan kacamataku. Untuk ukuran wanita, alis yang terlalu tebal itu tak menarik. Menyaingi sinchan kataku. Maka kesimpulan "makin tebal makin menarik" jelas tak masuk pikiranku.
Sayangnya, aku punya pikiran lain. Boleh jadi diskriminatif. Jika pada wanita, alis yang makin tebal belum tentu makin estetis. Berbeda dengan pria. Dan ini bukan soal alis. Tapi soal "dompet". Ingat, hanya soal dompet saja, tanpa aspek lain. Sama perbandingannya pada wanita, hanya soal alis saja tanpa aspek lain.
Seorang pria akan makin estetis, ketika dompetnya makin tebal. Tak ada soal apakah dompetnya bakal terlalu tebal. Makin tebal makin bagus. Berbeda dengan alis pada wanita.
Bisa jadi ini hanya pikiran ngawurku saja. Aku hanya kembali menegaskan, soal tebal tipis ini bukan soal remeh.
sumber foto: cantikan.com
Atas nama kebencian
Kau kubur aku
Tapi kau lupa
Aku sang benih
Kebencianmu, menumbuhkanku
Gresik otw Surabaya yang hujan,
23 Desember 2015
Sudah lebih setahun, nyatanya memoriku tak lagi kutitipkan di sini. Barangkali aku sedang kikir yang teramat, hingga tak satu pun ekspresi dalam rentang waktu itu rela kubagikan. Pikirku, kubagikan pun tak ada yang peduli.
Namun malam ini tidak, ternyata ada yang peduli dan lebih menyenangkan lagi : ada yang tercerahkan. Ini pertanda baik, tapi tak lantas kucecerkan segala ekspresiku setelah ini. Pun tak janji akan sering kutambahi posting demi posting secara rutin.
Pertanyaannya kemudian, siapa yang tercerahkan? Boleh jadi blog ini bagai tempat sunyi, lalu lalang orang pun tak ada. Tapi tetap ada yang tercerahkan. Ya, itu aku. Aku sendiri. Aku yang tercerahkan.
Berkaca ke belakang, ternyata ada masa dimana ada diriku yang lebih bijak di masa lalu ketimbang sekarang. Ada masa dimana dia lebih bahagia, ada masa dimana dia terpuruk, bodoh, jatuh cinta, lucu ataupun ekspresi manusiawi lainnya.
Yang aku tekankan, barangkali ada sebuah kemenangan ekspresi dari diri kita yang lampau dibanding dengan yang sekarang. Entah pada momen apa. Dirimu yang lalu seolah mengingatkan, ada sebongkah inspirasi yang dulu kau dapat, tapi sekarang sudah dilupakan.
Maka saranku, tulislah, apapun, tak peduli seberapa rentang jauhnya dari tulisanmu yang lalu. Barangkali dirimu yang akan datang membutuhkanmu.