Saat itu aku masih memakai seragam
merah putih ketika suatu pertanyaan datang kepadaku. Malam, sebelum aku tidur,
aku lihat langit-langit lalu lemari lalu tembok dan benda-benda lain. Dengan
perlahan, isi pikiranku dituntun oleh apa yang aku lihat. Kemudian pertanyaan
ini datang:
“Siapa yang menciptakan lemari?”
“Mmm, tukang furniture.”
“Siapa yang menciptakan tembok?”
“Mmm, pak tukang bangunan. “
Lalu kata-kata seorang guru di
sekolah ambil bagian,”Sesuatu ada karena pasti ada yang menciptakan. Siapa yang
menciptakan alam semesta?? ”
Dilanjutkan olehnya sendiri dan
kemudian diikuti anak-anak lain,”Tuhan”.
Informasi-informasi ini, aku
proses. Kemudian pertanyaan itu muncul,
“Kalau sesuatu ada karena pasti ada
yang menciptakan, lantas siapa yang menciptakan Tuhan?”
Aku tidak berani menjawab
pertanyaanku sendiri. Di sisi lain, aku tidak berani menanyakan pada orang
lain. Aku takut dikatai ‘kafir’. Aku takut dimusuhi. Aku takut dimaki
orang-orang. Karena saat itu yang aku tahu, pertanyaan ini berbahaya.
Hingga suatu ketika aku menemui
seseorang yang bagiku dia menenangkan, teduh dan bijak. Aku tidak ingat, apakah
aku menanyakan padanya tentang pertanyaanku itu. Tapi seingatku, dia pernah
berkata,
“benda ini, berasal dari benda ini.
Benda ini berasal dari benda ini. Dan seterusnya hingga semua berasal dari
Tuhan. Lalu darimana Tuhan berasal?”
Kata-kata berikutnya sering aku
dengar saat TK-bahkan aku hafalkan. Logikaku belum sampai, tapi ‘rasa’ ini
menenangkanku. Yang beliau ucapkan berikutnya adalah,
“Qul huwallaahu ahad. Katakanlah:
Dialah Allah. Yang Maha Esa. Allaahus somad. Allah adalah Tuhan yang bergantung
padaNya segala sesuatu. Lam yalid wa lam yuulad. Dia tidak beranak dan tidak
pula diperanakkan. Wa lam yakul lahuu kufuwan ahad. Dan tidak ada seorang pun
yang setara dengan Dia.”
Jawaban pertanyaanku adalah itu.
Aku bingung untuk membabarkannya lebih jauh saat itu. Tapi kemudian aku merasa
tenang.
Maka, ketika ada yang bertanya
bagaimana sesuatu yang belum sampai logikaku malah menenangkanku akan
kuceritakan hal ini.
Sesuatu yang tidak logis saat ini
belum tentu tidak benar. Karena dunia saat ini, hanya sebatas panca indra saat
ini.
Wallahualam.
0 komentar,apa komentar anda?tulis di sini.:
Posting Komentar