Menjelang event penentuan pilihan, isu-isu digunakan.
Berbagai data, opini, gotak-gatuk digunakan untuk saling serang. Untuk tahun
2014 ini, ada yang dikaitkan dengan tindakan pelanggaran HAM, ada pula yang
dikaitkan dengan kehausan akan kekuasaan dan tidak komit terhadap tugas.
Ini curhatan saya agar anda mencermati. Tidak detail, tapi
semoga anda mengerti. Isu pelanggaran HAM digunakan, tapi pada tahun 2009 dia
ikut diusung oleh salah satu pengguna isu HAM tersebut. Di sisi lain, isu haus
kekuasaan dan tidak komitmen digunakan, tapi pada saat dia menjadi cagub dia
diusung oleh salah satu pengguna isu haus kekuasaan tersebut.
Saya jadi ingat, kata-kata yang semacam ini,
“no eternal friends, no eternal enemies”
Hari ini bisa mesra, besok-besok bisa saling maki. Hari ini adu
senjata, besok-besok bisa saling puji. Pada saat apakah itu memang kondisi
sebenarnya? Atau semua hanya topeng-topeng penghias? Atau semuanya memang benar
sepenuh hati terjadi? Lalu hatinya terombang-ambing mencla mencle?
Untuk saya pribadi, saya ingat sabda Nabi saya,
“Cintailah sesuatu itu dengan biasa-biasa saja
karena boleh jadi suatu saat nanti dia akan menjadi
sesuatu yang kamu benci, dan bencilah sesuatu
yang tidak kamu ketahui dengan biasa-biasa saja,
karena boleh jadi suatu saat nanti dia akan menjadi
sesuatu yang kamu cintai.”
karena boleh jadi suatu saat nanti dia akan menjadi
sesuatu yang kamu benci, dan bencilah sesuatu
yang tidak kamu ketahui dengan biasa-biasa saja,
karena boleh jadi suatu saat nanti dia akan menjadi
sesuatu yang kamu cintai.”
Itulah kehidupan, dimana kebenaran bisa nampak saat ini
juga. Namun bisa juga terselip di lorong rahasia dan waktu yang lain. Yang nampak
benar, bisa saja benar saat ini. Tapi bisa saja besok-besok tidak. Tak apalah
kalau sikap yang ‘berbalik arah’ itu karena kebenaran,asalkan bukan karena transaksi kerakusan.
0 komentar,apa komentar anda?tulis di sini.:
Posting Komentar